Ligaolahraga.com -
Berita Tenis: Sejarah tidak selalu terulang. Kadang-kadang hal tersebut bisa menciptakan motivasi untuk mengubah sesuatu, termasuk bagi Danielle Rose Collins.
Sebelum babak ketiga Italian Open musim 2025 di Roma melawan petenis peringkat 2 dunia, Iga Swiatek, petenis AS telah kalah sebanyak tujuh kali dari delapan pertemuan mereka.
“Usai kalah dari Iga dalam banyak kesempatan, anda pastinya belajar dari pengalaman itu,” ungkap Rose Collins.
“Meskipun dalam beberapa waktu terakhir kami bermain ia telah mengalahkan saya, saya telah memainkan permainan terbaik saya di pertandingan-pertandingan itu.”
“Jadi, hal itu memberi saya kepercayaan diri. Lalu hanya belajar dari situasi itu, mengeksekusi gaya permainan saya dan tampil dengan sedikit lebih akurat daripada beberapa waktu sebelumnya.”
Petenis unggulan ke-29 pantang menyerah demi memetik kemenangan 6-1, 7-5 atas salah satu petenis terbaik di turnamen clay-court dari generasi sekarang, Swiatek. Dari awal sampai akhir, ada kejelasan yang mengerikan dalam permainan eksplosifnya.
Petenis AS menyelesaikan pertandingan dengan menghasilkan 32 winner dan melakukan 15 unforced error. Sementara Swiatek menembakkan 15 winner dan melakukan 22 unforced error. Selain itu, petenis AS mengkonversi enam dari delapan peluang break point yang ia ciptakan, sedangkan petenis berkebangsaan Polandia hanya bisa memanfaatkan dua dari sepuluh peluang break point yang ia ciptakan.
“Yang jelas dengan gaya permainan saya, saya memainkan gaya permainan yang cukup agresif,” tambah Rose Collins. “Kadang-kadang itu bisa berjalan satu arah atau sebaliknya. Itu bisa tampak benar-benar hebat dan di waktu lain anda bisa melewatkan beberapa pukulan.”
“Namun saya pikir memiliki kepercayaan diri dan mempercayai diri saya sendiri di momen-momen krusial untuk mengejarnya, untuk mempercayai keatletisan saya, dan untuk benar-benar tidak takut untuk mengejar tembakan saya di momen-momen penting itu, saya pikir itu kuncinya.”
Sulit untuk menempatkan hasil tersebut dalam konteks yang berarti. Swiatek kalah dalam pertandingan utama pertamanya di Italian Open lima musim lalu melawan Arantxa Rud. Saat itu ia masih berusia 18 tahun. Setelah itu, ia menjadi tidak terkalahkan, memenangkan gelar turnamen tersebut sebanyak tiga kali dalam empat musim terakhir. Sebelum pertandingan melawan petenis AS, ia memenangkan 21 dari 22 pertandingan terakhir yang ia lakoni di Foro Italico, Roma.
Jadi, petenis yang telah empat kali menjuarai French Open, Swiatek akan menuju Paris tanpa memenangkan gelar sejak ia memenangkan gelar Grand Slam tersebut pada musim lalu. Selain itu, setelah menjadi petenis peringkat 1 atau 2 dunia dalam tiga musim terakhir, ia akan turun ke peringkat 4 dunia, bahkan berpeluang turun sampai ke peringkat 5 dunia.
Bagi petenis AS, kemenangan tersebut merupakan kemenangan pertamanya atas petenis peringkat 10 besar dalam waktu lebih dari satu musim sekaligus kemenangan ketiga dalam kariernya atas petenis peringkat 2 besar.
Tugas selanjutnya bagi Rose Collins adalah laga babak keempat Italian Open melawan petenis unggulan ke-16, Elina Svitolina yang susah payah menumbangkan petenis AS lain, Hailey Baptiste dengan 6-4, 3-6, 6-4.
Artikel Tag: Tenis, Italian Open, Danielle Rose Collins, Iga Swiatek
Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/tenis/danielle-rose-collins-permalukan-juara-bertahan-di-roma