Kamaru Usman vs Generasi Baru: Sebuah Warisan yang Dipertaruhkan

13 hours ago 9

Ligaolahraga.com -

Ketika Kamaru Usman berdiri berhadapan dengan Joaquin Buckley selama pekan pertarungan di Atlanta, pesan dari lawannya yang lebih muda sangat jelas: Masih bisakah kamu bersaing dengan kami?

Pada usia 38 tahun, Usman bukan lagi juara kelas welter dominan yang dulu tampak tak terkalahkan. Ia belum meraih kemenangan dalam lebih dari tiga tahun.

Tiga penampilan terakhirnya berakhir dengan dua kekalahan dari Leon Edwards — termasuk KO dramatis lewat tendangan kepala pada 2022 — dan kekalahan dadakan dari Khamzat Chimaev.

Dulu pernah menjadi petarung terbaik pound-for-pound di UFC, kini Usman memasuki UFC Fight Night sebagai underdog dengan odds +230 melawan Buckley yang sedang naik daun.

Bagi Buckley yang berusia 31 tahun, inilah pertarungan yang dia inginkan. Ia sedang mencatat enam kemenangan beruntun dan menempatkan dirinya sebagai salah satu bintang muda paling agresif di divisi ini.

Menantang Usman bukan hanya soal ambisi, tetapi juga soal timing — melihat adanya celah pada petarung yang pernah berada di puncak dan kini mencoba bangkit kembali.

Usman sendiri memilih untuk tidak banyak bicara sebelum laga.

Saat ditanya soal sindiran Buckley — “Apa rasanya melawan generasi baru?” — Kamaru Usman menjawab dengan lelah: “Saya cuma capek. Kenapa saya harus bicara?”

Ia menegaskan: satu-satunya pembicaraan yang akan ia lakukan adalah di dalam oktagon.

Diamnya Usman justru berbicara banyak. Setelah kehilangan gelar dan mengalami kemunduran besar, Usman mengambil waktu untuk memulihkan diri — baik secara fisik maupun mental.

Ia menolak beberapa tawaran laga singkat dan menunggu momen yang tepat. Kini, ia merasa siap untuk memulai babak akhir kariernya dengan caranya sendiri.

“Ini bukan sekadar satu pertarungan terakhir,” kata Usman. “Kami ingin menutupnya dengan cara yang benar.”

Bahkan, Kamaru Usman sudah merancang rencana besar: mengalahkan Buckley, lalu menghadapi pemenang laga perebutan gelar antara Islam Makhachev dan Jack Della Maddalena, kemudian naik ke kelas menengah untuk kemungkinan bertarung melawan Dricus Du Plessis atau Chimaev.

Itu rencana yang ambisius. Tapi pertama-tama, ia harus melewati Buckley — lawan yang lebih muda dan lapar, yang ingin membangun nama dengan mengalahkan legenda yang mulai meredup.

Di divisi welter yang kini dipenuhi talenta seperti Maddalena, Shavkat Rakhmonov, dan Ian Garry, kesalahan kecil bisa sangat fatal.

Pertanyaannya sekarang bukan lagi apakah Usman pernah hebat — karena memang iya. Tapi, apakah kejayaannya masih bisa bersinar melawan generasi baru?

Jika menang, kariernya bisa hidup kembali. Jika kalah, mungkin inilah akhir dari segalanya.

Bisakah Kamaru Usman mengikuti laju generasi baru? Sabtu malam mungkin akan memberi jawabannya.

Artikel Tag: Kamaru Usman

Published by Ligaolahraga.com at https://www.ligaolahraga.com/olahraga-lain/kamaru-usman-vs-generasi-baru-sebuah-warisan-yang-dipertaruhkan

Read Entire Article
International | Politik|