5 Kelompok yang Berisiko Terinfeksi TBC, Ketahui Apakah Anda Berisiko dan Cara Efektif Penanganannya

1 month ago 11
  1. SEHAT
  2. DIAGNOSIS

TBC dapat mengenai siapa saja, terutama individu yang memiliki risiko tinggi. Ketahui apakah Anda berisiko dan cara mencegahnya.

Jumat, 22 Nov 2024 12:00:00

5 Kelompok yang Berisiko Terinfeksi TBC, Ketahui Apakah Anda Berisiko dan Cara Efektif Penanganannya Kombinasikan latihan aerobik seperti jalan kaki dengan latihan kekuatan untuk hasil maksimal menurunkan kolesterol. (Ilustrasi by AI) (©© 2024 Liputan6.com)

Tuberkulosis (TBC) saat ini menjadi penyakit menular yang paling mematikan di seluruh dunia, menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Di Indonesia, angka kasus TBC juga menunjukkan tren peningkatan, dengan data dari Kementerian Kesehatan RI yang mencatat sebanyak 1.060.000 kasus pada tahun 2023.

Siapa yang Berisiko Terkena TB?

Siapa sajakah yang lebih berisiko untuk terinfeksi TBC dan bagaimana cara pencegahannya? Menurut Dr. dr. Raden Rara Diah Handayani, Sphi.P(K), seorang Dokter Spesialis Paru di RSPI Bintaro, individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah sangat rentan terhadap TBC. Anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun juga memiliki risiko tinggi untuk mengalami bentuk TB yang parah. "Sementara itu, meskipun individu dengan kekebalan tubuh yang baik tidak langsung terinfeksi, mereka tetap perlu melakukan pencegahan agar tidak terjadi reaktivasi penyakit TBC," ungkapnya. Penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa antara 30 hingga 50 persen orang yang tinggal serumah dengan penderita TBC telah terinfeksi TBC laten. Dari kelompok ini, sekitar 10 hingga 15 persen diprediksi akan berkembang menjadi TBC aktif, terutama jika sistem imun mereka melemah. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan penurunan imun termasuk infeksi HIV yang tidak diobati, diabetes mellitus (DM) dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol, malnutrisi, serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.

Orang lain juga bertanya?

Apakah TB Bisa Dicegah?

Untuk mencegah TBC berkembang menjadi bentuk aktif, WHO merekomendasikan pemberian Terapi Pencegahan TB (TPT) kepada kontak serumah yang telah terinfeksi TBC laten. Terapi ini melibatkan penggunaan obat-obatan seperti rifampisin dan isoniazid selama periode tertentu, misalnya tiga hingga enam bulan.

Pengobatan TBC

5 Kelompok yang Berisiko Terinfeksi TBC, Ketahui Apakah Anda Berisiko dan Cara Efektif Penanganannya Kombinasikan latihan aerobik seperti jalan kaki dengan latihan kekuatan untuk hasil maksimal menurunkan kolesterol. (Ilustrasi by AI) © 2024 Liputan6.com

Pengobatan Tuberkulosis (TBC) adalah proses yang membutuhkan ketelitian dan disiplin tinggi. Pasien yang telah didiagnosis dengan TBC biasanya akan menjalani terapi dalam dua fase, yaitu fase intensif dan fase lanjutan, dengan total waktu pengobatan mencapai enam bulan. Pada fase intensif yang berlangsung selama dua bulan pertama, pasien akan menerima kombinasi obat seperti rifampisin, isoniazid, etambutol, dan pirazinamid. Setelah menyelesaikan fase ini, pengobatan diteruskan dengan rifampisin dan pirazinamid selama empat bulan ke depan (2RHZE/4RH).

Selain mematuhi jadwal pengobatan yang telah ditentukan, pasien juga perlu menjaga kesehatan tubuh melalui pola makan yang bergizi. Asupan nutrisi yang baik sangat penting untuk memperkuat sistem imun, yang diperlukan untuk melawan infeksi TBC. Jika diperlukan, dokter mungkin akan memberikan obat tambahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien. Namun, pemberian obat-obatan ini harus dilakukan di bawah pengawasan medis, karena kondisi kesehatan masing-masing pasien dapat memengaruhi jenis dan dosis obat yang diberikan.

Kerjasama yang baik antara pasien, dokter, dan keluarga sangat penting dalam pengobatan TBC. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap tahapan terapi dilaksanakan dengan baik. Kedisiplinan dalam mengikuti pengobatan adalah kunci utama untuk mencapai kesembuhan total. Seperti yang telah disebutkan, "Kedisiplinan ini adalah kunci utama untuk mencapai kesembuhan total."

Immunomodulator Berbahan Meniran Hijau untuk Pasien TBC

Uji klinis yang dilakukan terhadap imunomodulator berbahan dasar meniran hijau (Phyllanthus niruri) menunjukkan hasil yang positif pada pasien dengan TB paru. Produk imunomodulator bernama Stimuno, yang dikembangkan dari tanaman tersebut, telah diuji oleh para ahli dengan menggunakan parameter efikasi yang meliputi perbaikan klinis, seperti konversi sputum BTA, serta perbaikan radiologis yang terlihat pada foto toraks.

Dalam sebuah studi yang berlangsung selama enam bulan, dilakukan perbandingan antara kelompok kontrol yang hanya mendapatkan terapi obat standar TB, yaitu Rifampisin, INH, Ethambutol, dan Pyrazinamid, dengan kelompok yang juga mengonsumsi Stimuno tiga kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah satu minggu terapi, tingkat konversi sputum BTA pada kelompok yang mengonsumsi Stimuno mencapai 52,9 persen, sedangkan kelompok kontrol hanya 39,4 persen.

Menurut Prof. Raymond Tjandrawinata, hasil tersebut menunjukkan bahwa imunomodulator ini memberikan dampak klinis yang signifikan. Proses konversi sputum BTA yang lebih cepat berkontribusi dalam mengurangi risiko penularan TB paru. Selain itu, imunomodulator ini juga terbukti aman untuk digunakan dalam jangka panjang, dengan uji klinis yang menunjukkan tidak adanya efek samping signifikan selama enam bulan penggunaan.

Dengan bukti efikasi yang jelas dan profil keamanan yang baik, Stimuno berpotensi menjadi pelengkap yang bermanfaat dalam terapi TB paru.

Makna Kode2HRZE 4H3R3 dalam Terapi Penyakit TBC

Kode 2HRZE/4H3R3 dalam pengobatan TBC merujuk pada skema terapi standar yang terdiri dari dua fase. Fase pertama, yang dikenal sebagai fase intensif, berlangsung selama dua bulan di mana pasien menerima kombinasi obat isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), dan etambutol (E) setiap hari. Tujuan dari fase ini adalah untuk membunuh bakteri aktif dan secara signifikan mengurangi jumlah kuman dalam tubuh pasien.

Setelah fase intensif, pengobatan dilanjutkan ke tahap lanjutan yang berlangsung selama empat bulan, yang dikenal dengan istilah 4H3R3. Pada tahap ini, pasien hanya mengonsumsi isoniazid (H) dan rifampisin (R) tiga kali dalam seminggu. Rancangan tahap lanjutan ini bertujuan untuk menghilangkan bakteri yang mungkin tersisa serta mencegah terjadinya kekambuhan penyakit. Regimen pengobatan ini dibuat untuk menjamin efektivitas terapi sambil meminimalkan efek samping dan meningkatkan kenyamanan pasien. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap semua tahapan pengobatan sangat krusial untuk mencapai kesembuhan yang total.

Artikel ini ditulis oleh

Rizky Wahyu Permana

Editor Rizky Wahyu Permana

A

Reporter

  • Aditya Eka Prawira
Bisa Berujung Meningitis Hingga Disabilitas, Anak Penderita Tuberkulosis Perlu Diatasi dengan Tepat

Bisa Berujung Meningitis Hingga Disabilitas, Anak Penderita Tuberkulosis Perlu Diatasi dengan Tepat

TB otak atau meningitis yang serang anak bisa memicu kejang bahkan hingga memicu kondisi disabilitas.

Jokowi Minta Menkes Siapkan Tempat Karantina Khusus Penderita TBC

Jokowi Minta Menkes Siapkan Tempat Karantina Khusus Penderita TBC

Penyiapan tempat karantina ini untuk mencegah penularan TBC di Indonesia.

Kenali Kelompok Rentan TBC dan Cara Mencegah Penularannya

Kenali Kelompok Rentan TBC dan Cara Mencegah Penularannya

Kelompok rentan TBC, yaitu orang-orang yang memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi penyakit ini.

TBC 8 bulan yang lalu

Gejala TBC pada Anak yang Harus Diwaspadai, Ketahui sebelum Terlambat

Gejala TBC pada Anak yang Harus Diwaspadai, Ketahui sebelum Terlambat

Jika Anda mencurigai anak Anda menderita TBC, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.

TBC 5 bulan yang lalu

Ketahui Penyebaran Tuberkulosis Hingga Faktor yang Membuatnya Berisiko Terjadi di Indonesia
6 Gejala TB pada Anak yang Perlu Diketahui dan Ditangani Orangtua

6 Gejala TB pada Anak yang Perlu Diketahui dan Ditangani Orangtua

Anak-anak rentan terjangkit TB karena sistem imun mereka belum berkembang sempurna.

Waspadai Penularan TBC pada Anak dari Kontak Erat di Lingkungan Rumah

Waspadai Penularan TBC pada Anak dari Kontak Erat di Lingkungan Rumah

Penularan tuberkulosis (TBC) pada anak bisa dicegah dan diwaspadai oleh orangtua dengan memerhatikan kontak erat yang terjadi di lingkungan rumah.

TBC 5 bulan yang lalu

 Lewat Ngobrol, Penderita TBC Aktif Bisa Menularkan ke Lawan Bicara

Dokter Spesialis: Lewat Ngobrol, Penderita TBC Aktif Bisa Menularkan ke Lawan Bicara

TBC adalah penyakit infeksi oleh kuman mikroorganisme atau mikrobakterium tuberkolosis, yang umumnya menular melalui droplet atau percikan.

Cara Mencegah TBC pada Anak, Kenali Tanda-tanda yang Muncul

Cara Mencegah TBC pada Anak, Kenali Tanda-tanda yang Muncul

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri. Dengan tindakan pencegahan, akan membantu melindungi anak dari ancaman penyakit ini.

Jokowi Siap Jadi 'Endorse' Agar Penderita TBC Minum Obat

Jokowi Siap Jadi 'Endorse' Agar Penderita TBC Minum Obat

Presiden Jokowi siap jadi 'endorser' kepada masyarakat yang menderita TBC agar tidak lupa minum obat.

Ibu Pengidap TBC Ternyata Masih Boleh Menyusui, Apakah Bakal Menular ke Bayinya?

Ibu Pengidap TBC Ternyata Masih Boleh Menyusui, Apakah Bakal Menular ke Bayinya?

Ibu menyusui dengan riwayat Tuberkulosis masih diperbolehkan untuk memberikan ASI kepada bayi mereka.

3.030 Orang Terjangkit TBC di Lebak Banten,  31 di Antaranya Meninggal

3.030 Orang Terjangkit TBC di Lebak Banten, 31 di Antaranya Meninggal

Pemeriksaan skrining juga dilakukan kepada masyarakat yang mengalami batuk- batuk lebih dari tiga bulan.

TBC 2 bulan yang lalu

Read Entire Article
International | Politik|