- UANG
- EKONOMI
Terdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan terkait kebijakan ekonomi dan politik di bawah kepemimpinan Trump.
Rabu, 20 Nov 2024 16:20:00
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai terpilih kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, akan membawa dampak yang signifikan terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.
"Bank Indonesia terus memantau, mencermati, melakukan assesment atas proses politik di Amerika terutama hasil pemilu Presiden Trump terpilih kembali," kata Perry dalam Pengumuman Hasil RDG November 2024, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (20/11).
Bank Indonesia terus memantau proses politik di AS dan melakukan penilaian atas potensi dampaknya. Berdasarkan pengamatan dan analisis yang terus berkembang, terdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan terkait kebijakan ekonomi dan politik di bawah kepemimpinan Trump.
"Tentu saja assesment-assesment itu dinamis ya, tapi kami terus melakukan assesment-assesmet itu dan juga menakar dampaknya terhadap Indonesia. Dari sisi Bank Indonesia kami cermati lima hal penting ini," ujarnya.
Lima aspek utama yang perlu diperhatikan terkait kebijakan ekonomi dan politik di bawah kepemimpinan Trump, di antaranya, yang pertama, kebijakan ekonomi dan politik yang cenderung Inward-Looking.
Kebijakan Inward Looking yang Patut Diwaspadai
Perry menyebut, salah satu karakteristik utama dari kebijakan ekonomi Trump adalah pendekatan 'inward looking', yaitu lebih mengutamakan kepentingan domestik dibandingkan dengan hubungan perdagangan internasional.
Berdasarkan data dan pengalaman sebelumnya, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Trump cenderung memberlakukan tarif perdagangan yang tinggi, terutama terhadap negara-negara yang mengalami surplus besar terhadap AS, seperti China, Uni Eropa, Meksiko, dan Vietnam.
Misalnya, tarif 25 persen dapat dikenakan pada produk besi, aluminium, dan kendaraan dari Uni Eropa, serta mesin elektronik dan bahan kimia dari China. Kebijakan ini berpotensi menyebabkan fragmentasi perdagangan yang akan berdampak pada pelambatan ekonomi global.
"Nah, tarif perdagangan yang tinggi bahkan kemungkinan diterapkan pada semester II-2025, misalnya kepada Uni Eropa ada tarif 25 persen untuk besi, alumunium, motor vehicle atau pun yang lain. Dengan China 25 persen untuk mesin elektronik dan chemical," ujarnya.
Melihat hal tersebut, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan akan naik menjadi 3,2 persen pada tahun depan kemungkinan akan turun menjadi 3,1 persen akibat kebijakan tarif tinggi ini.
Kedua, penurunan inflasi di Amerika Serikat akan lebih lambat. Perry menilai, kebijakan ekonomi domestik Trump juga dipengaruhi oleh upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemotongan pajak. Pemotongan pajak bagi individu dan perusahaan bertujuan untuk mendorong konsumsi dan investasi di dalam negeri.
Sementara itu, inflasi AS yang saat ini berada di 2,7% diperkirakan akan cenderung lebih lambat dalam menuju target inflasi jangka menengah sebesar 2%. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan moneter AS, terutama penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, mungkin akan lebih terbatas.
"Terbatasnya berapa? perkiraan kami terkini kemungkinan Fed Fund Rate masih akan turun 25 basis poin pada Desember 2024, tapi untuk tahun depan yang kami perkirakan semula turun 75-100 basis poin. Kalau desember kemungkinan masih akan terjadi, tapi tahun depan yang semula kami perkirakan bisa 3-4 kali 75-100 basis poin, perkiraan kami hanya 50 basis poin," jelasnya.
Ketiga, defisit fiskal yang melebar dan implikasinya terhadap utang. Salah satu konsekuensi dari kebijakan ekonomi Trump adalah kemungkinan meningkatnya defisit fiskal Amerika Serikat. Defisit yang diperkirakan akan melebar menjadi 7,7% dari PDB pada tahun depan, lebih tinggi dari prediksi sebelumnya yang hanya 6,5%.
Alhasil untuk menutupi defisit ini, pemerintah AS akan lebih banyak menerbitkan utang, yang akan mempengaruhi tingkat imbal hasil US Treasury. Hal ini menyebabkan yield obligasi AS meningkat, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Yield US Treasury jangka dua tahun diperkirakan akan mencapai 4,3% pada tahun depan, sementara yield jangka sepuluh tahun bisa meningkat hingga 4,7%.
"Defisit fiskal yang lebih tinggi kan harus menerbitkan utang, kalau menerbitkan utang lebih banyak berarti US Treasury yang tempo hari menurun sekarang sudah naik. US treasury yang tidak turun malah kembali meningkat baik yang jangka pendek maupun jangka panjang," ujarnya.
Bisa Berdampak Negatif pada Ekonomi Global
Keempat, dampak terhadap valuta asing dan investasi Global. Kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dan suku bunga yang lebih tinggi dapat menyebabkan pergeseran preferensi investor global. Dengan meningkatnya imbal hasil US Treasury, lebih banyak investor yang akan beralih ke pasar keuangan AS, mendorong penguatan nilai tukar dolar AS.
Hal ini berpotensi mempengaruhi arus modal global, termasuk di Indonesia, yang dapat menghadapi tantangan terkait fluktuasi nilai tukar dan arus investasi asing.
"Nah, dengan seperti ini Fed Fund Rate yang turunnya lebih terbatas , US Treasury lebih meningkat maka yang ketiga terjadi berbaliknya preferensi investor global ke Amerika Serikat, karena investasi portofolio di Amerika Serikat Yield US-nya tinggi, sehingga semuanya ini membuat dollar menguat," jelasnya.
Kelima, potensi fragmentasi perdagangan dan perlambatan Ekonomi global. Menurutnya, kebijakan proteksionis yang diusung Trump dapat memicu fragmentasi perdagangan internasional. Negara-negara mitra yang terkena tarif tinggi seperti China, Uni Eropa, dan Inggris berisiko mengalami perlambatan ekonomi.
Hal ini dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi global, yang juga akan mempengaruhi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang memiliki hubungan perdagangan dan investasi yang erat dengan negara-negara besar tersebut.
Artikel ini ditulis oleh
Editor Yunita Amalia
Donald Trump Terpilih Kembali Menjadi Presiden Amerika, Ekonomi Indonesia Terancam
Kekhawatiran bagi Indonesia karena sikap proteksi Donald Trump terhadap perdagangan internasional.
Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah Antisipasi Kemenangan Donald Trump
Dia menyinggung dinamika perekonomian saat masa kepemimpinan periode pertama Trump sepanjang 2017-2021.
Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS diprediksi akan membawa perubahan signifikan dalam kebijakan perdagangan global, termasuk dengan Indonesia.
Sri Mulyani Mulai Soroti Dampak Kemenangan Donald Trump, Begini Analisanya
Perbedaan tersebut tidak terlepas dari latar belakang Trump yang berasal dari Partai Republik, yang memiliki pendekatan berbeda dengan Presiden Joe Biden.
Jika Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS, kebijakan proteksionisme dan perubahan pajak yang mungkin diterapkan berpotensi memengaruhi ekonomi Indonesia.
Sri Mulyani Sebut Negara Tetangga Indonesia akan Terkena Dampak Buruk Kebijakan Donald Trump
Sri Mulyani menjelaskan bahwa Trump merupakan sosok yang dikenal proteksionisme dalam melindungi neraca dagang negaranya.
Donald Trump Menang Pilpres AS, Nilai Tukar Rupiah Anjlok ke Level Rp15.832 per USD
Pontesi menangnya Donald Trump ini berdampak langsung pada nilai tukar atau kurs Rupiah.
Said Abdullah Sebut Tantangan Ekonomi Global Berat Setelah Trump Jadi Presiden AS Lagi
Said menyebut Trump akan menaikan bea masuk ke AS, di mana kebijakan tersebut akan berdampak ke negara-negara yang selama ini menjadi mitra.
Kemenangan Trump Picu Perang Dagang Hebat, Ekonomi Dunia di Ujung Tanduk
Trump menegaskan rencananya untuk memberlakukan tarif atau pajak pada semua barang yang diimpor ke Amerika Serikat.
Kemenko Perekonomian Titip Pesan Ini ke Prabowo Saat Berkunjung ke Amerika
Kebijakan presiden terpilih Donald Trump bakal berdampak bagi konstelasi perdagangan intenasional, termasuk Indonesia.
Analisis IMF Jika Donald Trump Kembali Berkuasa: Akan Ada Guncangan Ekonomi Tambahan
Hal itu disampaikan IMF karena kekhawatiran meningkat menjelang kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden AS dalam Pilpres 2024.