Ilmuwan Kaget Air Laut Makin Asin, Penyebabnya Ternyata Tak Terduga

2 months ago 9
  1. TEK
  2. SAINS

Fenomena yang serupa juga terlihat di Samudra Pasifik, meskipun peningkatan salinitasnya tidak sejelas yang terjadi di Atlantik.

Selasa, 12 Nov 2024 18:18:00

Ilmuwan Kaget Air Laut Makin Asin, Penyebabnya Ternyata Tak Terduga Gambar dasar Samudra Atlantik yang menunjukkan bangkai batu kapur, yang dikenal sebagai 'Kota Yang Hilang'. Ventilasi hidrotermal alkali ini diduga sebagai tempat kelahiran organisme hidup pe (©© 2024 Liputan6.com)

Peneliti dari Chinese Academy of Sciences mengungkapkan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan air di Samudra Atlantik menjadi lebih asin dibandingkan dengan Samudra Pasifik.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change pada 28 Juni 2024 menunjukkan bahwa selama lima dekade terakhir, salinitas di perairan Samudra Atlantik mengalami peningkatan yang signifikan.

Bahkan, perbedaan salinitas antara Atlantik dan Pasifik tercatat meningkat sebesar 5,9 persen hingga 0,6 persen. Salinitas sendiri adalah ukuran kadar garam yang terlarut dalam air laut.

Menurut informasi yang dilansir dari IFL Science pada Selasa (12/11), peningkatan salinitas di Samudra Atlantik disebabkan oleh perubahan pola sirkulasi samudra yang mengarah pada penguapan yang lebih intens di wilayah tropis dan subtropis Atlantik.

Proses ini berkontribusi pada konsentrasi garam yang lebih tinggi dalam air laut di daerah tersebut. Sebaliknya, kondisi di Samudra Pasifik berbeda karena memiliki hubungan langsung dengan beberapa sungai besar. Sungai-sungai ini menyediakan air tawar ke lautan, yang berfungsi untuk memperbarui kandungan air laut dan mengurangi konsentrasi garam.

Dalam studi terbaru ini, para ilmuwan menyimpulkan bahwa perubahan dalam sirkulasi samudra dipicu oleh perubahan iklim global dan dinamika sistem cuaca yang semakin tidak stabil. Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa peningkatan suhu laut telah menyebabkan lapisan laut yang dipengaruhi oleh perubahan suhu yang cepat, termasuk lapisan termoklin, bergerak lebih dekat ke kutub.

Sementara itu, perubahan pola angin telah mempengaruhi pergerakan air laut di kawasan lintang tengah. Penelitian menunjukkan bahwa perbedaan salinitas antara Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik meningkat hampir 6 persen antara tahun 1965 dan 2018, dengan dampak yang paling terasa di kedalaman sekitar 800 meter di kawasan lintang tengah utara.

Terjadi di Samudra Pasifik

Fenomena serupa juga terlihat di Samudra Pasifik, meskipun peningkatan salinitasnya tidak sejelas yang terjadi di Atlantik. Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan signifikan, para ilmuwan mengakui bahwa pemahaman mereka mengenai mekanisme yang mendasari perubahan salinitas ini masih belum lengkap.

Ketika peneliti berusaha mereplikasi kondisi tersebut menggunakan model yang didasarkan pada data atmosfer dunia nyata, model tersebut mengalami kesulitan dalam menggambarkan kondisi yang teramati di beberapa wilayah tertentu. Akibatnya, terdapat ketidakpastian dalam memahami mekanisme yang mendasari fenomena ini, seperti yang dinyatakan dalam penelitian tersebut.

Walaupun penjelasan mekanistisnya belum ditemukan, fakta bahwa salinitas di Samudra Atlantik meningkat dapat berdampak luas pada ekosistem laut. Peningkatan salinitas ini, misalnya, dapat menyebabkan lebih banyak panas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia masuk ke dalam lautan, sehingga menciptakan "titik panas" yang bertahan lama.

Salah satu dampak dari fenomena ini adalah kesulitan bagi oksigen dan nutrisi untuk bergerak ke permukaan dan ke kedalaman laut, yang pada gilirannya dapat mengganggu berbagai proses biologis di lautan. Dampaknya bisa sangat besar terhadap ekosistem laut, di mana kekurangan oksigen di lapisan laut dangkal dan tengah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman laut, alga, dan organisme lainnya.

Karena oksigen memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung kehidupan biota laut, peningkatan salinitas yang drastis dapat mengganggu rantai makanan di lautan, dengan efek yang berpotensi merusak kesehatan ekosistem laut secara keseluruhan.

Artikel ini ditulis oleh

Fauzan Jamaludin

Editor Fauzan Jamaludin

H

Reporter

  • Harun Mahbub
  • Switzy Sabandar
Air Laut Ini Paling Berasa Asin di Seluruh Dunia, Terkuak Penyebabnya
Mengapa Air Laut Rasanya Asin? Ternyata Ini Prosesnya Menurut Ilmiah

Mengapa Air Laut Rasanya Asin? Ternyata Ini Prosesnya Menurut Ilmiah

Rasa air laut cenderung asin. Namun darimana asalnya? Simak penjelasan ilmiah berikut ini.

Planet Mars Bikin Heran Ilmuwan, Ada Dampak Mengejutkan Bagi Bumi

Planet Mars Bikin Heran Ilmuwan, Ada Dampak Mengejutkan Bagi Bumi

Ada hal-hal yang bertalian antara Mars dan Bumi menurut ilmuwan ini.

Analisis BRIN soal Penyebab Muncul Banyak Siklon Tropis

Analisis BRIN soal Penyebab Muncul Banyak Siklon Tropis

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan mengatakan, saat ini tiga siklon tropis telah menyebabkan bencana hidrometeorologi.

Ilmuwan Akhirnya Temukan Jawaban Mengapa Volume Lautan di Bumi Tetap Konstan Selama Jutaan Tahun

Ilmuwan Akhirnya Temukan Jawaban Mengapa Volume Lautan di Bumi Tetap Konstan Selama Jutaan Tahun

Ilmuwan Akhirnya Temukan Jawaban Mengapa Volume Lautan di Bumi Tetap Konstan Selama Jutaan Tahun

Bukan Heatwave, BMKG Ungkap Penyebab Suhu Panas di Indonesia Tembus 37 Derajat Celsius

Bukan Heatwave, BMKG Ungkap Penyebab Suhu Panas di Indonesia Tembus 37 Derajat Celsius

Suhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu 37,8°C pada 23 April lalu.

BMKG 6 bulan yang lalu

Ilmuwan Malah Takut Kondisi Greenland yang Kini Makin Hijau, Ternyata Ini Sebabnya
Benarkah Perubahan Iklim Bikin Badai Makin Ekstrim? Ini Penjelasan Ilmuwan

Benarkah Perubahan Iklim Bikin Badai Makin Ekstrim? Ini Penjelasan Ilmuwan

Laporan terkait badai ekstrem kerap terjadi. Benarkah hal ini dipengaruhi oleh perubahan iklim?

Read Entire Article
International | Politik|