Mengapa Doping Dilarang dalam Olahraga dan Seberapa Sebenarnya Batasannya?

1 month ago 10
  1. SEHAT
  2. BUGAR

Mempelajari sejarah penggunaan doping dalam olahraga yang telah berlangsung lama.

Jumat, 22 Nov 2024 16:00:00

Mengapa Doping Dilarang dalam Olahraga dan Seberapa Sebenarnya Batasannya? Ilustrasi doping. (Gambar oleh Szabolcs Molnar dari Pixabay) (©© 2024 Liputan6.com)

Dalam dunia olahraga profesional, pencapaian atlet sering menjadi fokus utama perhatian publik. Namun, isu doping tetap menjadi kontroversi yang terus menghantui berbagai cabang olahraga hingga saat ini. Penggunaan zat terlarang untuk meningkatkan performa atlet tidak hanya melanggar prinsip etika olahraga, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan para atlet itu sendiri. Badan Anti-Doping Dunia (WADA) mendefinisikan doping sebagai penggunaan zat atau metode terlarang yang mampu meningkatkan performa atlet secara tidak wajar. Istilah ini berasal dari kata 'dop' dalam bahasa Belanda, yang merujuk pada minuman beralkohol yang dipakai oleh prajurit Zulu untuk meningkatkan kemampuan bertempur mereka. Meskipun praktik doping telah ada sejak lama dalam sejarah olahraga, perhatian serius baru muncul setelah terungkapnya berbagai kasus kematian atlet.

Seiring berjalannya waktu, doping semakin menjadi isu yang rumit karena melibatkan beragam jenis zat dan metode yang terus berkembang. Setiap tahun, WADA memperbaharui daftar zat dan metode terlarang berdasarkan tiga kriteria utama: mampu meningkatkan kinerja, menimbulkan ancaman bagi kesehatan, dan melanggar semangat olahraga. Memahami secara mendalam tentang doping sangat penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan praktik ini di kalangan atlet. Untuk memberikan informasi lebih lanjut, Liputan6.com telah merangkum berbagai sumber.

Orang lain juga bertanya?

Sejarah Doping di Dunia Olahraga

Mengapa Doping Dilarang dalam Olahraga dan Seberapa Sebenarnya Batasannya? Ilustrasi doping. (Gambar oleh Szabolcs Molnar dari Pixabay) © 2024 Liputan6.com

Penggunaan doping dalam dunia olahraga memiliki akar sejarah yang dapat ditelusuri hingga abad ke-19, dengan catatan awal yang muncul dalam cabang olahraga renang dan balap sepeda. Pada periode tersebut, para atlet mengonsumsi berbagai zat seperti gula yang dilarutkan dalam ether, minuman beralkohol, kafein, kokain, heroin, dan nitrogliserin untuk meningkatkan kinerja mereka. Tragedi pertama yang diakibatkan oleh doping terjadi pada tahun 1886 ketika seorang pembalap sepeda meninggal dunia setelah menerima obat perangsang dari pelatihnya dalam perlombaan dari Bordeaux ke Paris. Sejak saat itu, gerakan anti-doping mulai muncul pada tahun 1910 setelah seorang ilmuwan dari Rusia menemukan metode untuk mendeteksi doping. Kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan oleh doping semakin meningkat di kalangan komunitas olahraga, yang mendorong dilakukannya pemeriksaan doping secara resmi untuk pertama kalinya pada Olimpiade Musim Dingin 1972 di Grenoble.

Walaupun demikian, praktik doping masih terus berlanjut hingga saat ini dengan metode yang semakin canggih dan sulit untuk dideteksi. Era modern dalam penanganan doping ditandai dengan pembentukan Badan Antidoping Dunia (WADA) yang secara aktif memperbarui regulasi serta daftar zat terlarang. WADA bekerja sama dengan berbagai organisasi olahraga internasional untuk mengawasi dan menegakkan aturan anti-doping di seluruh dunia. Selain itu, setiap negara juga membentuk lembaga anti-doping nasional untuk menerapkan standar yang ditetapkan oleh WADA di tingkat lokal. Dengan demikian, upaya pencegahan dan penanganan doping terus dilakukan untuk menjaga integritas olahraga dan kesehatan para atlet.

Jenis Doping dan Risikonya

Mengapa Doping Dilarang dalam Olahraga dan Seberapa Sebenarnya Batasannya? Ilustrasi doping. (Gambar oleh Szabolcs Molnar dari Pixabay) © 2024 Liputan6.com

1. Golongan Stimulan

Stimulan merupakan salah satu kategori doping yang paling sering dipakai dalam dunia olahraga. Terdapat tiga jenis utama dalam kategori ini: a) Amphetamine

  1. Berfungsi untuk mengurangi rasa lelah dan meningkatkan kewaspadaan
  2. Mendorong peningkatan pelepasan neurotransmitter seperti noradrenalin, dopamin, dan serotonin
  3. Efek samping yang mungkin terjadi termasuk ketergantungan, tremor, insomnia, serta peningkatan agresivitas
  4. Dapat menyebabkan dampak fatal pada sistem kardiovaskuler dan gangguan kesehatan mental

b) Caffeine

  1. Meningkatkan kewaspadaan dan mempercepat waktu reaksi
  2. Dalam dosis tinggi, dapat meningkatkan mobilisasi lemak dan glikogen otot
  3. Efek samping ringan seperti iritabilitas dan gangguan pencernaan dapat terjadi
  4. Efek yang lebih serius dapat mengakibatkan ulkus, delirium, dan aritmia

c) Cocaine

  1. Digunakan untuk mengganggu persepsi terhadap kelelahan
  2. Bekerja dengan mempengaruhi otak secara kompleks
  3. Efek samping termasuk psikosis paranoid, hipertensi, dan risiko kematian mendadak

2. Golongan Anabolic Androgenic

Anabolic Androgenic Steroid adalah jenis doping yang bertujuan untuk:

  1. Meningkatkan kekuatan dan kecepatan
  2. Memperpanjang durasi latihan
  3. Mempercepat proses pemulihan
  4. Meningkatkan agresivitas
  5. Menambah kekuatan otot

Penggunaan steroid ini dapat menimbulkan efek samping, antara lain:

  1. Gangguan pada sistem kardiovaskular
  2. Kerusakan fungsi hati
  3. Masalah pada sistem reproduksi
  4. Risiko infeksi HIV/AIDS jika menggunakan jarum suntik yang tidak steril
  5. Gangguan psikologis
  6. Efek kosmetik yang terutama berpengaruh pada wanita

3. Golongan Diuretik dan Beta Blocker

Diuretik digunakan untuk:

  1. Meningkatkan produksi urin
  2. Melarutkan obat-obatan dalam tubuh
  3. Menurunkan berat badan dengan cepat
  4. Efek samping utama yang dapat terjadi adalah dehidrasi dan gangguan elektrolit

Sementara itu, Beta Blocker digunakan dalam cabang olahraga yang memerlukan tingkat konsentrasi tinggi seperti panahan dan menembak. Efek samping yang mungkin muncul meliputi:

  1. Bronchospasme
  2. Insomnia
  3. Mimpi buruk
  4. Depresi

Kasus Doping di Indonesia

Indonesia memiliki catatan panjang dalam menangani kasus doping, dengan beberapa insiden signifikan yang telah merusak reputasi olahraga nasional. Salah satu yang paling mencolok adalah kasus Arif Rahman Nasir pada tahun 2011, di mana atlet kempo ini terbukti menggunakan anabolic steroid methandienone. Akibatnya, ia harus mengembalikan medali emas yang diraihnya di SEA Games 2011 dan mencoreng nama baik Indonesia sebagai tuan rumah.

Kasus lain yang tidak kalah mencolok adalah yang melibatkan perenang nasional pada tahun 2013. Indra Gunawan dan Guntur Pratama terbukti menggunakan Methylhexaneamine, dan keduanya pun dikenakan sanksi larangan bertanding selama dua tahun. Hal ini mengakibatkan mereka kehilangan semua gelar, termasuk medali yang diperoleh di SEA Games 2013.

Pada tahun 2021, Indonesia juga menghadapi sanksi dari WADA yang melarang negara ini mengibarkan bendera dalam event internasional. Sanksi tersebut berlaku selama satu tahun dan disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap standar pengujian doping yang telah ditetapkan.

Mekanisme Pengawasan dan Pencegahan Doping

Dalam menjaga integritas olahraga, World Anti-Doping Agency (WADA) memegang peranan penting sebagai lembaga pengawas global. WADA secara rutin memperbarui daftar zat dan metode yang dilarang dalam olahraga. Pelarangan suatu zat atau metode didasarkan pada tiga faktor utama: kemampuannya untuk meningkatkan performa atlet secara tidak wajar, risiko yang ditimbulkan terhadap kesehatan atlet, serta pelanggaran terhadap semangat olahraga.

Sistem pengujian doping saat ini dibagi menjadi dua kategori utama: pengujian dalam kompetisi (in-competition) dan pengujian di luar kompetisi (out-of-competition). Pengujian dalam kompetisi dilakukan selama acara pertandingan berlangsung, dengan pengambilan sampel yang dilakukan segera setelah pertandingan selesai. Sebaliknya, pengujian di luar kompetisi dapat dilakukan kapan saja tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga atlet harus selalu melaporkan keberadaan mereka.

WADA juga menerapkan program Biological Passport, yang merupakan inovasi dalam pemantauan doping. Program ini melakukan pemantauan parameter biologis atlet secara berkala untuk mendeteksi perubahan yang tidak wajar, yang mungkin menunjukkan penggunaan doping. Metode ini terbukti efektif dalam mengidentifikasi penggunaan doping yang sulit dideteksi melalui metode pengujian konvensional.

Penggunaan doping memiliki konsekuensi yang sangat serius bagi kesehatan para atlet, baik dari segi fisik maupun mental. Dari sisi fisik, doping dapat mengganggu fungsi organ vital, meningkatkan kemungkinan kematian mendadak, serta menimbulkan efek samping yang berkepanjangan pada sistem hormonal tubuh. Di sisi lain, secara mental, atlet yang terlibat dalam penggunaan doping sering kali mengalami masalah seperti depresi, kecemasan, dan ketergantungan psikologis yang berat.

Dalam dunia profesional, atlet yang terbukti menggunakan doping akan menghadapi sanksi yang berat. Mereka tidak hanya akan dilarang untuk bertanding, tetapi juga akan kehilangan gelar dan medali yang telah mereka capai. Lebih jauh lagi, reputasi mereka akan tercemar secara permanen, yang dapat berakibat pada kerugian finansial akibat hilangnya kontrak sponsor dan kesempatan karir yang lebih baik.

Dampak dari penggunaan doping juga berpengaruh pada integritas olahraga secara keseluruhan. Ketika kasus doping terbongkar, kepercayaan publik terhadap keabsahan kompetisi menjadi menurun drastis. Hal ini menciptakan ketidakadilan dalam persaingan dan merendahkan prestasi atlet yang berkompetisi secara bersih. Secara ekonomi, skandal doping dapat mengakibatkan penurunan nilai komersial olahraga serta hilangnya dukungan dari sponsor.

Perkembangan teknologi memberikan harapan baru dalam upaya pencegahan doping. Penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi doping, pengembangan biomarker baru, dan peningkatan sensitivitas dalam pengujian adalah beberapa fokus utama dalam penelitian saat ini. Sistem pemantauan secara real-time dan analisis big data juga memungkinkan identifikasi pola penggunaan doping yang lebih tepat.

Kolaborasi internasional semakin diperkuat melalui berbagi database global dan standarisasi metode pengujian. Koordinasi antara lembaga serta penelitian bersama menjadi kunci untuk menghadapi tantangan doping yang semakin kompleks. Dengan memadukan teknologi modern dan kerjasama global yang solid, diharapkan dunia olahraga dapat lebih efektif dalam memerangi penggunaan doping dan menjaga nilai-nilai sportivitas yang sebenarnya.

Masa depan olahraga yang bersih sangat bergantung pada komitmen bersama dari semua pemangku kepentingan. Kesadaran mengenai bahaya doping harus terus ditingkatkan, didukung oleh sistem pengawasan yang ketat dan teknologi deteksi yang canggih. Hanya dengan upaya kolektif ini, dunia olahraga dapat terus berkembang sambil tetap menjunjung tinggi prinsip fair play dan sportivitas.

Artikel ini ditulis oleh

Rizky Wahyu Permana

Editor Rizky Wahyu Permana

R

Reporter

  • Rizky Mandasari
  • Woro Anjar Verianty
Sejarah Olimpiade di Zaman Kuno, Atlet Bertanding Telanjang dan Bertarung Sampai Mati, Banyak Penonton Meninggal Kehausan
10 Cabang Olahraga dan Karakteristiknya, Perlu Diketahui

10 Cabang Olahraga dan Karakteristiknya, Perlu Diketahui

Terdapat 10 cabang olahraga yang populer dan sering dikompetisikan.

Dokter Spesialis Olahraga Jelaskan Sejumlah Budaya Kebugaran di Indonesia yang Perlu Diubah

Dokter Spesialis Olahraga Jelaskan Sejumlah Budaya Kebugaran di Indonesia yang Perlu Diubah

Sejumlah budaya terkait olahraga dan kebugaran yang ada di Indonesia dianggap bisa berdampak buruk pada kondisi secara keseluruhan.

Sejarah Negara-negara Dilarang Ikut Olimpiade karena Terlibat Perang Hingga Rasis, Cuma Israel yang Tak Tersentuh

Sejarah Negara-negara Dilarang Ikut Olimpiade karena Terlibat Perang Hingga Rasis, Cuma Israel yang Tak Tersentuh

Tiga belas negara pernah dilarang tampil di Olimpiade karena berbagai alasan seperti perang, doping, sikap politik, atau pelanggaran peraturan IOC.

8 Mitos Seputar Olahraga yang Salah Kaprah, Tak Perlu Dipercaya

8 Mitos Seputar Olahraga yang Salah Kaprah, Tak Perlu Dipercaya

Terdapat berbagai anggapan tidak benar tentang olahraga yang perlu diketahui faktanya.

20 Fakta Sepakbola yang Unik dan Menarik, Pencinta Bola Wajib Tahu

20 Fakta Sepakbola yang Unik dan Menarik, Pencinta Bola Wajib Tahu

Sepakbola bukan hanya olahraga yang populer, tetapi juga memiliki sejarah yang panjang dan penuh dengan kejadian menarik dan unik.

fakta 3 bulan yang lalu

Dari 20 Hingga di Atas 70 Tahun, Ini Olahraga yang Tepat untuk Setiap Rentang Usia

Dari 20 Hingga di Atas 70 Tahun, Ini Olahraga yang Tepat untuk Setiap Rentang Usia

Dalam menjaga kesehatan dan kebugaran, olahraga yang tepat sesuai usia merupakan hal yang penting.

Perempuan Yunani Kuno Bikin Lomba Olahraga Tandingan karena Dilarang Ikut Olimpiade, Begini Sejarahnya
Gonta-Ganti Jenis Olahraga Itu Efektif Nggak Sih? Gali Faktanya Lebih Lanjut!
Deretan Atlet Indonesia Peraih Medali Emas di Olimpiade, Teranyar Rizki Juniansyah

Deretan Atlet Indonesia Peraih Medali Emas di Olimpiade, Teranyar Rizki Juniansyah

Nama Rizki Juniansyah masuk dalam jajaran elite atlet Indonesia peraih medali emas Olimpiade.

Penelitian Terbaru Ungkap Dampak Buruk dari Olahraga Terlalu Keras Terhadap Kekebalan Tubuh

Penelitian Terbaru Ungkap Dampak Buruk dari Olahraga Terlalu Keras Terhadap Kekebalan Tubuh

Olahraga terlalu berat dan keras yang dilakukan seseorang ternyata bisa menyebabkan dampak buruk terhadap kekebalan tubuh.

Ini Hobi yang Digemari Orang Yunani Kuno, Nomor Empat Tidak Patut Ditiru

Ini Hobi yang Digemari Orang Yunani Kuno, Nomor Empat Tidak Patut Ditiru

Hobi ini dinikmati orang Yunani kuno di waktu senggang dan ada juga sebagai hiburan.

Read Entire Article
International | Politik|