Menggali Sejarah PTSD, Perjalanan Diagnosis dari Perang Dunia ke Zaman Sekarang

1 month ago 11
  1. SEHAT
  2. DIAGNOSIS

Dari perang dunia hingga kini, menyoroti perkembangan PTSD dan dampaknya pada korban.

Rabu, 13 Nov 2024 09:00:00

Menggali Sejarah PTSD, Perjalanan Diagnosis dari Perang Dunia ke Zaman Sekarang Perubahan Diagnosis dan Pandangan Tentang PTSD dari Perang Dunia Hingga Sekarang (©Freepik)

Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD) telah berkembang menjadi topik utama dalam dunia kesehatan mental, dengan pemahaman yang terus berkembang sepanjang waktu. Gejala PTSD, seperti kilas balik, kecemasan ekstrem, dan gangguan tidur, sebenarnya sudah ada jauh sebelum istilah tersebut diperkenalkan. Pada awalnya, PTSD lebih dikenal dengan sebutan "shell shock" atau "battle fatigue" yang terjadi pada tentara selama Perang Dunia I dan II. Pada saat itu, kondisi ini hanya dipandang sebagai reaksi emosional terhadap trauma yang dialami di medan perang, dengan pemahaman yang terbatas mengenai dampaknya terhadap kesehatan mental jangka panjang.

Perkembangan pandangan mengenai PTSD mulai terjadi setelah Perang Dunia II, di mana ada pengakuan lebih besar terhadap dampak psikologis dari perang. Meski demikian, PTSD masih sering dianggap hanya memengaruhi kalangan militer. Namun, pada tahun 1980, PTSD secara resmi dimasukkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-III), yang mengakui bahwa gangguan ini tidak hanya dialami oleh prajurit perang, tetapi juga oleh mereka yang mengalami trauma akibat bencana alam, kecelakaan, kekerasan seksual, dan peristiwa traumatis lainnya.

Orang lain juga bertanya?

Saat ini, pemahaman tentang PTSD telah berkembang pesat. Gangguan ini kini dianggap sebagai masalah kesehatan mental yang dapat dialami oleh siapa saja dari berbagai latar belakang, bukan hanya tentara. Upaya untuk mengurangi stigma seputar PTSD semakin kuat, dengan fokus pada pentingnya penanganan psikologis bagi para penyintas trauma. Penelitian yang terus berkembang telah menghasilkan metode pengobatan yang lebih efektif, seperti terapi kognitif-perilaku, terapi berbasis mindfulness, dan pendekatan pengobatan terintegrasi yang bertujuan membantu para penyintas menjalani kehidupan yang lebih sehat dan stabil.

Perkembangan Diagnosis PTSD

Menggali Sejarah PTSD, Perjalanan Diagnosis dari Perang Dunia ke Zaman Sekarang Perkembangan Diagnosis PTSD Freepik

Dilansir dari National Center for PTSD, Perkembangan diagnosis PTSD telah mengalami perubahan signifikan sejak pertama kali diperkenalkan. Pada tahun 1952, Asosiasi Psikiatri Amerika (APA) memasukkan "reaksi stres berat" dalam edisi pertama Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-I) untuk menggambarkan gejala yang muncul akibat peristiwa traumatis, seperti peperangan atau bencana. Namun, diagnosis ini memiliki kelemahan karena menganggap reaksi terhadap trauma akan cepat mereda, dan jika gejala berlangsung lebih dari enam bulan, maka diagnosis lain yang diberikan. Seiring waktu, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa trauma dapat memicu gangguan psikiatrik, yang akhirnya menyebabkan penghapusan diagnosis tersebut dalam DSM-II (1968), digantikan dengan istilah "reaksi penyesuaian terhadap kehidupan dewasa", meskipun tidak cukup menggambarkan kondisi yang lebih mirip dengan PTSD.

Pada tahun 1980, PTSD secara resmi dimasukkan dalam DSM-III setelah penelitian lebih lanjut yang melibatkan para veteran Perang Vietnam, penyintas Holocaust, dan korban kekerasan seksual, yang memperlihatkan hubungan antara trauma peperangan dan dampak psikologis jangka panjang dalam kehidupan sipil. Kriteria diagnosis PTSD kemudian terus diperbarui dalam edisi DSM-III-R (1987), DSM-IV (1994), DSM-IV-TR (2000), dan DSM-5 (2013) seiring dengan berkembangnya pemahaman ilmiah. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa PTSD lebih umum dari yang diperkirakan sebelumnya, dengan sekitar 4 dari setiap 100 pria dan 10 dari setiap 100 wanita di Amerika diperkirakan akan didiagnosis dengan kondisi ini sepanjang hidup mereka.

Perubahan besar dalam DSM-5 adalah pengkategorian PTSD yang tidak lagi masuk dalam Gangguan Kecemasan, melainkan sebagai bagian dari kategori baru, yaitu Gangguan Terkait Trauma dan Stres. PTSD kini diidentifikasi melalui empat gejala utama: intrusi atau kilas balik, penghindaran situasi terkait trauma, perubahan negatif dalam keyakinan dan perasaan, serta hiperarousal atau kewaspadaan berlebih. Diagnosis PTSD hanya dapat ditegakkan jika keempat gejala ini berlangsung lebih dari satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pengobatan PTSD

Menggali Sejarah PTSD, Perjalanan Diagnosis dari Perang Dunia ke Zaman Sekarang Pengobatan PTSD Freepik

Menurut American Psychiatric Association, tidak semua orang yang mengalami trauma akan mengembangkan PTSD, dan tidak semua penderita PTSD memerlukan pengobatan psikiatris. Beberapa orang mungkin merasa gejala-gejalanya berkurang atau hilang dengan sendirinya, terutama dengan dukungan dari keluarga, teman, atau komunitas. Namun, bagi banyak individu, pengobatan profesional diperlukan untuk mengatasi gangguan psikologis yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka secara signifikan.

Beberapa metode pengobatan PTSD yang telah terbukti efektif antara lain terapi bicara (psikoterapi) dan penggunaan obat-obatan. Berikut ini adalah beberapa pendekatan utama dalam pengobatan PTSD:

  1. Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioral Therapy, CBT): CBT merupakan pendekatan psikoterapi yang sangat efektif untuk mengatasi PTSD. Salah satu variasinya, yaitu Cognitive Processing Therapy (CPT), fokus pada mengubah emosi negatif yang menyakitkan seperti rasa malu atau bersalah yang terkait dengan trauma. Prolonged Exposure Therapy membantu individu menghadapi ketakutan mereka dengan secara berulang mengingat pengalaman traumatis dalam situasi yang aman. Program realitas virtual juga digunakan, khususnya untuk membantu veteran perang dengan menghidupkan kembali medan perang secara virtual.
  2. Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR): Terapi ini membantu pasien memproses memori traumatis dengan menggunakan gerakan mata, yang mirip dengan gerakan mata saat tidur REM. Tujuannya adalah untuk membantu individu mengubah cara mereka merasakan atau memikirkan pengalaman traumatis.
  3. Terapi Kelompok dan Keluarga: Terapi kelompok memberikan kesempatan bagi individu yang memiliki pengalaman traumatis serupa untuk saling berbagi perasaan dan pengalaman dalam lingkungan yang mendukung. Sementara itu, terapi keluarga juga penting, karena perilaku dan stres yang dialami seseorang dengan PTSD dapat memengaruhi seluruh anggota keluarga.

Selain terapi psikologis, obat-obatan juga digunakan untuk membantu mengelola gejala PTSD. Obat antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), sering diresepkan untuk mengatasi gejala utama PTSD, seperti kecemasan dan depresi. Obat-obatan lainnya dapat digunakan untuk meredakan kecemasan fisik atau gangguan tidur yang sering dialami oleh penderita PTSD. Dengan penelitian yang terus berkembang, diharapkan pengobatan PTSD menjadi semakin efektif dan lebih mudah diakses, memberikan harapan bagi para penyintas untuk menjalani hidup yang lebih stabil dan sejahtera.

Artikel ini ditulis oleh

Rizky Wahyu Permana

Editor Rizky Wahyu Permana

Efek Psikologis Anak Korban Perang, Kecemasan hingga Trauma Kehilangan

Efek Psikologis Anak Korban Perang, Kecemasan hingga Trauma Kehilangan

Anak-anak korban perang menerima dampak psikologis yang memprihatinkan

Banyak Tentara Israel Bunuh Diri Setelah Perang di Gaza, Dihantui Kekejaman Mereka Saat Membantai Rakyat Palestina
Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Trauma, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya
Kena Mental, 10 Tentara Israel Bunuh Diri Setelah Pulang dari Gaza Karena Melihat Penderitaan Rakyat Palestina
Masalah Kesehatan Mental yang Bisa Muncul Secara Tiba-Tiba Tanpa Gejala Sebelumnya

Masalah Kesehatan Mental yang Bisa Muncul Secara Tiba-Tiba Tanpa Gejala Sebelumnya

Beberapa masalah kesehatan mental kerap tidak disadari sebelumnya sehingga kerap disangka muncul secara tiba-tiba.

6 Januari Hari Anak Yatim Piatu Akibat Perang Sedunia, Ini Sejarahnya

6 Januari Hari Anak Yatim Piatu Akibat Perang Sedunia, Ini Sejarahnya

Jumlah anak yatim piatu akibat peristiwa perang selama beberapa abad terakhir, hingga tahun 2001 terus meningkat.

Terbangun karena Mimpi Buruk Perang di Gaza, Tentara Israel Tembak Temannya Sendiri
Kalau Tak Ada Perang Dunia II, 6 Teknologi ini Tidak akan Pernah Muncul

Kalau Tak Ada Perang Dunia II, 6 Teknologi ini Tidak akan Pernah Muncul

Berikut enam inovasi yang dihasilkan dari Perang Dunia II di mana hingga saat ini masih digunakan:

Tiap Jam Tentara Israel Tewas di Gaza, Lebih dari 2.000 Lumpuh

Tiap Jam Tentara Israel Tewas di Gaza, Lebih dari 2.000 Lumpuh

Setiap hari bagian rehabilitasi menerima sekitar 60 orang korban luka baru dan trauma.

"Aku Menulis Ini Seandainya Seseorang Menemukan Mayatku di Gaza"

Agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina, dimulai sejak 7 Oktober dan telah menewaskan lebih dari 10.000 warga sipil.

80 Kata-Kata Sad yang Bikin Hati Menangis, Gambaran Pahit Getirnya Hidup

80 Kata-Kata Sad yang Bikin Hati Menangis, Gambaran Pahit Getirnya Hidup

Kata-kata sad mengandung makna yang dalam, menyentuh, dan menggambarkan perasaan yang paling terdalam.

Kisah Mantan Tentara Israel Trauma Berat Setelah Bunuh 40 Warga Palestina, Tiap Malam Dihantui Korbannya
Read Entire Article
International | Politik|