Konversi kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) ke kendaraan listrik menjadi fokus utama dalam kebijakan energi pada masa pemerintahan Presiden Prabowo.
Minggu, 27 Okt 2024 18:27:00
Menindaklanjuti instruksi dari Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) segera mengadakan rapat pimpinan (rapim) untuk memperkuat langkah-langkah menuju swasembada energi. Dalam rapat ini, beberapa inisiatif yang dibahas mencakup peningkatan lifting minyak serta konversi kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) menjadi listrik.
Wakil Menteri ESDM, Yuliot, menekankan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk membahas indikator kinerja utama yang perlu dicapai oleh para pejabat Eselon I di Kementerian ESDM. "Rapat ini untuk memastikan setiap direktorat teknis memiliki kinerja yang selaras dengan arahan Presiden. Kita menetapkan apa saja yang bisa dicapai sesuai dengan target," ungkap Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (23/10).
Yuliot juga menjelaskan bahwa arahan Presiden Prabowo dalam sektor energi menekankan dua hal penting, yaitu ketahanan energi dan pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang efektif untuk mendukung pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. "Pertama, bagaimana memastikan ketahanan energi. Kedua, pengelolaan SDA harus optimal agar bisa mempercepat pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat," ujarnya.
Lebih lanjut, Yuliot menegaskan pentingnya kontrol penuh oleh Kementerian ESDM dalam pelaksanaan program-program tersebut, tanpa bergantung pada kementerian atau lembaga lain. "Kita ingin memastikan kinerja tetap berada dalam kendali Kementerian ESDM, meski koordinasi dengan kementerian lain tetap diperlukan agar target dapat tercapai," tambahnya.
Untuk mencapai swasembada energi, Kementerian ESDM akan fokus pada peningkatan lifting minyak yang saat ini sekitar 600.000 barel per hari. Yuliot menekankan perlunya peningkatan produksi minyak sesuai dengan target nasional untuk mendukung ketahanan energi. Selain itu, konversi kendaraan BBM ke listrik juga menjadi prioritas. "Semakin banyak penggunaan kendaraan listrik, konsumsi BBM akan berkurang. Ini salah satu strategi penting kita," jelas Yuliot.
Untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM), salah satu langkah yang diambil adalah dengan mengoptimalkan program Bahan Bakar Nabati (BBN) yang saat ini berada di level B35. Pemerintah memiliki rencana untuk meningkatkan campuran biodiesel hingga mencapai B40, B50, dan B60. "Saat ini masih di B35, tapi ada rencana untuk naik ke B40, B50, dan B60. Tentu hal ini membutuhkan kebijakan pendukung, termasuk terkait bahan baku biosolar yang berasal dari kelapa sawit. Kita akan mendorong pelaku usaha yang belum mengekspor produk sawitnya untuk memasarkan di dalam negeri sebagai bahan baku biosolar," pungkas Yuliot.
Langkah-langkah seperti peningkatan lifting minyak, konversi kendaraan, serta pengembangan bahan bakar nabati merupakan bagian penting dari strategi pemerintah untuk mencapai kemandirian energi. Selain itu, inisiatif ini juga bertujuan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan, sehingga dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan. Dengan adanya kebijakan yang mendukung, diharapkan penggunaan BBN dapat meningkat dan mengurangi ketergantungan pada BBM fosil.
Prabowo berencana mengembangkan biodiesel B60, sementara pengusaha sawit mengingatkan agar tidak terburu-buru
Pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto berencana untuk meningkatkan produksi biodiesel, atau bahan bakar minyak campuran sawit, hingga mencapai 60 persen (B60). Menanggapi rencana ini, Eddy Martono selaku Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melihatnya sebagai peluang besar untuk mengoptimalkan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Meskipun demikian, Eddy percaya bahwa pemerintah tidak akan bertindak sembarangan dalam menjalankan program biodiesel, terutama saat produksi sawit dalam negeri masih stagnan. "Saya sangat yakin pemerintah tidak akan gegabah mengimplementasikan B50 selama produksi masih stagnan seperti," ungkap Eddy dalam konferensi pers yang berlangsung di Kantor Pusat Gapki, Jakarta Pusat, pada Selasa (22/10/2024).
Menurut Eddy, jika pemerintah terburu-buru dalam menerapkan program biodiesel, hal tersebut dapat berdampak negatif terhadap ekspor sawit Indonesia. Ia memperingatkan bahwa keputusan yang tergesa-gesa bisa mengakibatkan penurunan devisa negara. "Yang akan dikorbankan, betul, pasti ekspor. Yang kedua, bagaimana nanti dengan ekspor, devisa ekspor. Yang ketiga adalah siapa yang akan membiayai B50 tersebut? Kalau ekspornya kurang, misalkan B35 saat ini kan pembiayaan dari pungutan ekspor," jelasnya. Dengan demikian, penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan dengan matang setiap langkah yang diambil agar tidak merugikan sektor sawit yang vital bagi perekonomian nasional.
Kurangi volume ekspor
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Gapki, implementasi kebijakan B40 diprediksi dapat mengurangi jumlah ekspor sebesar 2 juta ton. Sementara itu, jika kebijakan B50 diterapkan, pengurangan ekspor sawit bisa mencapai 6 juta ton. “Sekali lagi saya meyakini bahwa pemerintah tidak akan gegabah selama produksi tidak mencukupi. Dengan B40 saja, kalau diimplementasikan ini, ekspor kita akan turun 2 juta ton. Kemudian kalau kita memaksakan B50, ekspor kita akan turun 6 juta ton dari rata-rata di 30 juta ton,” ujar Eddy.
Lebih lanjut, Eddy mengingatkan agar pemerintah mempertimbangkan dampak inflasi yang mungkin terjadi jika pasokan ekspor sawit Indonesia berkurang. Indonesia sendiri akan merasakan efek dari penurunan tersebut. “Apabila supply kita berkurang ke dunia, pasti harga juga akan naik, harga minyak nabati dunia. Ujung-ujungnya apa, nanti akan berdampak juga pada inflasi juga bagi kita dengan mahalnya nanti segala produk dari sawit,” jelasnya.
Artikel ini ditulis oleh
Editor Dedi Rahmadi
Jokowi Yakin Insentif Kendaraan Listrik Bakal Genjot Minat Investasi
Pemerintah telah memberikan dukungan terhadap pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Listrik (KBLBB).
Kembangkan Kendaraan Listrik, Pemerintah Bakal Batasi Pembelian Hingga Beri Insentif ke Investor
Pemerintah sedang menyusun perubahan aturan untuk dapat mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan bermotor berbasis listrik.
Toyota memandang insentidf diperlukan untuk mobil hybrid (HEV) seperti yang diberikan ke mobil listrik (BEV). Seperti insentif PPN dan PKB.
Buka IIMS 2024, Jokowi Minta Semua Perusahaan Otomotif Dunia Produksi Mobil Listrik di Indonesia
Jokowi menyampaikan, pemerintah terus berupaya mendorong penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.
Luhut Akhirnya Buka Suara Soal Rencana Kenaikan Pajak Sepeda Motor
Strategi pemerintah menekan polusi dengan menaikkan pajak, hingga menerapkan area ganjil genap, termasuk untuk kendaraan listrik.
Anak Buah Menko Airlangga Lirik Mobil Listrik Hidrogen: Potensial untuk Transportasi di Indonesia
Sudah ada beberapa pabrikan mobil dunia yang mengembangkan mobil hidrogen atau fuel cells electric vehicle (FCEV).
mobil 5 bulan yang lalu
Sebanyak 280 Unit Motor Listrik Digunakan untuk Operasional Pupuk Indonesia Grup
Kementerian ESDM akan melakukan konversi 1.000 unit motor BBM menjadi motor listrik secara gratis.
Tahan Kenaikan Suhu Bumi dengan Kendaraan Listrik
Sektor transportasi dengan pangsa energi terbarukan yang tinggi di sektor ketenagalistrikan diperlukan untuk mengurangi emisi.
Menko Luhut Ingin Penerbitan STNK dan BPKB Motor Listrik Bisa Lebih Cepat dan Tak Dipersulit
"Ini sangat penting agar kendaraan (motor listrik) dapat digunakan kembali di jalan raya," kata Luhut.