Pada Dasarnya, Apakah Manusia Sesungguhnya Baik atau Jahat? Ini Kata Penelitian

2 months ago 15
  1. SEHAT

Secara umum, manusia menjadi baik atau jahat sangat tergantung dari kondisi lingkungan sekitarnya.

Selasa, 05 Nov 2024 18:00:00

Pada Dasarnya, Apakah Manusia Sesungguhnya Baik atau Jahat? Ini Kata Penelitian Ilustrasi Dua Sisi Manusia (©Bing Image Creator)

Pertanyaan mengenai sifat dasar manusia—apakah manusia secara alami baik atau jahat—telah lama menjadi bahan perdebatan. Pemikiran tentang sifat jahat manusia sudah banyak digemari oleh filsafat modern, termasuk pemikiran Thomas Hobbes yang berpendapat bahwa manusia pada dasarnya egois. Namun, seiring berkembangnya ilmu psikologi dan evolusi, sudut pandang baru mengenai sifat dasar manusia pun muncul. Benarkah manusia cenderung jahat, atau sebaliknya, sebenarnya memiliki kecenderungan alami untuk menjadi baik?

Perspektif Evolusi: Altruistik atau Egoistik?

Dilansir dari Psychology Today, dalam pandangan evolusi, banyak ilmuwan yang mendukung teori bahwa makhluk hidup cenderung egois demi mempertahankan hidupnya. Akan tetapi, studi ekologis terbaru menunjukkan bahwa alam tidak sesederhana itu. Misalnya, penelitian tentang jaringan mycorrhizal pada tumbuhan menunjukkan bahwa tanaman ternyata saling berkolaborasi dengan “menukar” glukosa dan nutrisi lainnya untuk keuntungan bersama. Temuan ini mengindikasikan bahwa dalam ekosistem alamiah, kolaborasi justru menguntungkan pertumbuhan dibandingkan hidup secara independen.

Orang lain juga bertanya?

Hal serupa tampaknya berlaku untuk manusia. Dibandingkan dengan primata lain, manusia menunjukkan kecenderungan sosial yang lebih kuat sejak usia dini. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak kecil sangat mahir meniru dan mengikuti petunjuk sosial untuk menemukan hadiah tersembunyi—sesuatu yang gagal dilakukan oleh simpanse dan primata lainnya. "Karakteristik sosial ini menjelaskan bahwa manusia memiliki adaptasi yang lebih kuat untuk kerja sama sosial dibandingkan spesies lain," ungkap peneliti. Kecenderungan sosial pada manusia ini juga mirip dengan perilaku bonobo, primata yang cenderung kurang agresif.

Namun, meskipun memiliki kecenderungan kerja sama yang kuat, sejarah manusia penuh dengan konflik. Perang, genosida, dan tindakan destruktif lainnya tampaknya menunjukkan sisi gelap dari sifat manusia. Apakah hal ini mengindikasikan bahwa manusia memiliki sisi jahat yang inheren?

Pada Dasarnya, Apakah Manusia Sesungguhnya Baik atau Jahat? Ini Kata Penelitian Ilustrasi Dua Sisi Manusia Bing Image Creator

Kritik terhadap “Depravity” Manusia

Psikologi sosial telah melakukan berbagai eksperimen untuk menguji sejauh mana manusia bisa terjerumus dalam tindakan kejahatan. Eksperimen ikonik yang dilakukan oleh Stanley Milgram dan Philip Zimbardo memperlihatkan bahwa banyak orang akan melakukan kekerasan atas perintah otoritas, bahkan sampai pada tindakan pembunuhan. Eksperimen ini terinspirasi dari kejahatan yang dilakukan oleh Nazi dalam Perang Dunia II, yang kerap dianggap sebagai contoh "banalitas kejahatan," di mana manusia yang "biasa" dapat berubah menjadi pelaku kejahatan karena tekanan sosial dan konformitas.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa situasi, bukan sifat dasar manusia, yang sering kali menjadi pemicu perilaku jahat. Namun, beberapa eksperimen tersebut telah dikritik karena banyaknya masalah metodologis, termasuk bias dari peneliti dan prosedur yang terlalu manipulatif. Eksperimen-eksperimen ini dinilai tidak sepenuhnya mewakili perilaku alami manusia dalam kondisi nyata.

Meskipun eksperimen ini kontroversial, tidak bisa dipungkiri bahwa tindakan kejahatan memang nyata dan terus berlanjut di berbagai belahan dunia. Misalnya, peristiwa genosida di Kamboja, Rwanda, dan kekejaman lainnya menunjukkan adanya elemen “kejahatan” dalam sejarah manusia.

Mengapa Tiran dan Kejahatan Massal Masih Ada?

Bukti adanya kekejaman di dunia tidak secara langsung membuktikan bahwa manusia jahat secara inheren. Sebaliknya, psikologi sosial sering kali mengabaikan konteks sosial yang lebih luas. Menurut para peneliti, sifat otoritarian yang menghasilkan kekejaman massal biasanya muncul dalam masyarakat yang kompleks. Contohnya, kekejaman rezim Pol Pot di Kamboja atau dinasti Kim di Korea Utara hanya mungkin terjadi dalam struktur kekuasaan yang sangat hirarkis, yang berbeda dengan masyarakat pemburu-peramu yang lebih egaliter.

Dalam masyarakat sederhana, tidak ada hirarki kekuasaan yang ketat. Konflik memang ada, namun kekerasan massal atau perang antar kelompok jarang terjadi karena individu memiliki kebebasan untuk bergabung atau meninggalkan kelompok. Konflik yang terjadi biasanya disebabkan oleh ketegangan dalam hubungan antarpribadi, dan bukan atas dasar kebencian massal.

Sementara itu, struktur kekuasaan otoritarian baru muncul sekitar lima ribu tahun lalu, ketika masyarakat agrikultur pertama mulai berkembang di Mesopotamia. Pada titik inilah stratifikasi sosial menjadi semakin kompleks, dan akumulasi kekayaan menyebabkan kesenjangan yang semakin besar. Sebagai hasilnya, praktik perbudakan, penindasan, dan peperangan yang terus-menerus muncul sebagai bagian dari peradaban manusia.

Pada Dasarnya, Apakah Manusia Sesungguhnya Baik atau Jahat? Ini Kata Penelitian Ilustrasi Dua Sisi Manusia Bing Image Creator

Uang dan Kesenjangan sebagai Akar Kejahatan Modern

Kekayaan dan kesenjangan telah menjadi faktor pendorong konflik dalam masyarakat modern. Ungkapan populer, “Uang adalah akar dari segala kejahatan,” tampaknya masih relevan hingga kini. Di dunia yang semakin dipengaruhi oleh korporasi raksasa dan miliarder, kesenjangan sosial semakin terlihat, mengubah “keserakahan” menjadi fenomena global yang melampaui batas negara. Ironisnya, manusia modern yang memiliki kemampuan untuk bekerja sama dan memiliki kecenderungan sosial justru menciptakan “rap sheet” yang penuh dengan konflik dan kejahatan sejak lima ribu tahun lalu.

Maka, apakah manusia sesungguhnya baik atau jahat? Berdasarkan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa manusia mungkin memiliki kecenderungan dasar yang baik, namun sejarah yang panjang dan kompleks serta struktur sosial yang menindas mengarahkan sebagian orang pada tindakan jahat. Manusia mungkin secara alami baik, namun di bawah pengaruh lingkungan yang buruk atau kekuasaan yang otoriter, sisi gelapnya bisa muncul dengan sangat kuat.

Pada akhirnya, apa yang membuat manusia baik atau jahat sering kali dipengaruhi oleh lingkungan sosial, kebijakan, dan cara kekuasaan diatur.

Artikel ini ditulis oleh

Rizky Wahyu Permana

Editor Rizky Wahyu Permana

R

Reporter

  • Rizky Wahyu Permana
Mengapa Manusia Suka Ghibah dan Bergosip?

Mengapa Manusia Suka Ghibah dan Bergosip?

Banyak orang tidak bisa melewatkan waktu tanpa bergosip atau ghibah tentang orang lain.

Jenis-Jenis Konflik dalam Masyarakat, Berikut Penyebabnya

Jenis-Jenis Konflik dalam Masyarakat, Berikut Penyebabnya

Konflik adalah suatu keadaan di mana terjadi ketegangan, pertentangan, atau perselisihan antara dua pihak atau lebih yang memiliki kepentingan berbeda.

Macam-Macam Konflik, Penyebab, dan Contohnya

Macam-Macam Konflik, Penyebab, dan Contohnya

Konflik adalah suatu proses sosial yang terjadi ketika ada perbedaan pandangan atau kepentingan antara dua pihak atau lebih.

Bentuk Penyimpangan Sosial, Faktor Penyebab, Serta Dampaknya bagi Masyarakat

Bentuk Penyimpangan Sosial, Faktor Penyebab, Serta Dampaknya bagi Masyarakat

Penyimpangan sosial adalah perilaku tidak sesuai norma atau aturan yang berlaku di masyarakat.

Evolusi Manusia Masih Kalah Cepat dengan Perubahan Budaya Modern, Dampaknya Ini yang Terjadi

Evolusi Manusia Masih Kalah Cepat dengan Perubahan Budaya Modern, Dampaknya Ini yang Terjadi

Evolusi Manusia Masih Kalah Cepat dengan Perubahan Budaya Modern, Dampaknya Ini yang Terjadi

 Orang Rela Abaikan Moral Demi Politik

Penelitian: Orang Rela Abaikan Moral Demi Politik

Penelitian: Orang Rela Abaikan Moral Demi Kepentingan Politik

Bias Adalah Prasangka atau Sikap Prajudisial, Ketahui Jenisnya

Bias Adalah Prasangka atau Sikap Prajudisial, Ketahui Jenisnya

Bias dapat memengaruhi sikap seseorang terhadap orang lain, terutama dalam konteks sosial atau profesional.

Psikologi Manusia Menurut Para Ahli, Berikut Penjelasannya

Psikologi Manusia Menurut Para Ahli, Berikut Penjelasannya

Setiap manusia dilahirkan dengan berbagai jenis kepribadian dan kondisi psikologi yang berbeda-beda.

Maraknya Korupsi dan Nepotisme di Indonesia Jadi Fenomena Kemunduran Moralitas, Salah Siapa?

Maraknya Korupsi dan Nepotisme di Indonesia Jadi Fenomena Kemunduran Moralitas, Salah Siapa?

Dia bahkan mengatakan, Indonesia mengalami kemunduran, bukan sekadar kerapuhan dalam etika pejabat negara.

BPIP 2 bulan yang lalu

Karakteristik adalah Sifat Khas, Begini Pengertiannya Menurut Para Ahli dan Macam Pembentukannya

Karakteristik adalah Sifat Khas, Begini Pengertiannya Menurut Para Ahli dan Macam Pembentukannya

Karakteristik adalah sifat khas yang sesuai dengan perwatakan tertentu. Ini penjelasan lengkapnya.

Read Entire Article
International | Politik|