Penelitian Terbaru Buktikan Manusia Masih Terus Berevolusi, Salah Satunya di Tibet Ini

2 months ago 13
  1. SEHAT

Evolusi pada tubuh manusia masih terus terjadi hingga saat ini dan hal ini terbukti pada yang dialami sejumlah orang di Tibet.

Kamis, 31 Okt 2024 18:00:00

Penelitian Terbaru Buktikan Manusia Masih Terus Berevolusi, Salah Satunya di Tibet Ini Tibet, China. (©(Photo by Raimond Klavins on Unsplash))

Evolusi manusia bukanlah cerita masa lalu. Saat ini, di Dataran Tinggi Tibet, bukti nyata tentang bagaimana manusia terus beradaptasi dengan lingkungan ekstrem mulai terungkap. Studi terbaru menunjukkan bahwa penduduk di wilayah ini mengalami perubahan biologis yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup di ketinggian yang sangat tinggi, di mana udara lebih tipis dan kadar oksigen jauh lebih rendah dibandingkan dataran rendah.

Dalam ribuan tahun terakhir, adaptasi ini berkembang secara alami dan berlanjut hingga sekarang. "Adaptasi terhadap hipoksia di dataran tinggi sangat menarik karena stres yang dihadapi sangat berat, dialami oleh semua orang yang hidup di ketinggian yang sama, dan dapat diukur secara kuantitatif," ungkap antropolog Cynthia Beall dari Case Western Reserve University di Amerika Serikat.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences ini menyoroti bagaimana manusia terus berevolusi untuk menghadapi tantangan lingkungan yang berat.

Tantangan Hidup di Ketinggian

Bagi kebanyakan orang yang tinggal di dataran rendah, ketinggian yang tinggi sering kali berbahaya. Pendaki gunung atau wisatawan yang mencapai ketinggian tinggi sering kali mengalami penyakit ketinggian akibat penurunan tekanan atmosfer.

Kondisi ini menyebabkan tubuh kekurangan oksigen yang cukup, sehingga sering mengakibatkan sesak napas, kelelahan, bahkan dapat berujung pada kondisi serius seperti edema paru. Namun, penduduk asli di Dataran Tinggi Tibet telah hidup di sana selama lebih dari 10.000 tahun dan mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut.

Beall dan timnya meneliti 417 wanita yang tinggal di daerah Nepal, pada ketinggian lebih dari 3.500 meter di atas permukaan laut. Studi ini meneliti berbagai faktor fisiologis yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam kondisi hipoksia kronis, yaitu kondisi ketika tubuh kekurangan oksigen yang memadai.

Penelitian Terbaru Buktikan Manusia Masih Terus Berevolusi, Salah Satunya di Tibet Ini Tibet, China. (Photo by Eugene Nelmin on Unsplash)

Rahasia di Balik Kemampuan Bertahan Hidup

Salah satu temuan penting dari penelitian ini adalah bagaimana hemoglobin—protein dalam sel darah merah yang bertanggung jawab untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh—berperan penting dalam keberhasilan reproduksi wanita di ketinggian tinggi.

Para peneliti menemukan bahwa wanita dengan tingkat oksigenasi hemoglobin yang tinggi memiliki tingkat kelahiran hidup yang lebih baik. Namun, menariknya, wanita dengan tingkat hemoglobin yang tidak terlalu tinggi atau rendah, tetapi justru pada kisaran rata-rata, memiliki tingkat kelahiran hidup yang paling tinggi di antara kelompok penelitian.

Hal ini menunjukkan bahwa adaptasi biologis yang terjadi pada penduduk Tibet adalah kemampuan untuk mengoptimalkan pengangkutan oksigen tanpa menebalkan darah secara berlebihan, yang dapat memberikan tekanan lebih pada jantung.

"Sebelumnya kami mengetahui bahwa kadar hemoglobin yang lebih rendah lebih bermanfaat, namun kini kami memahami bahwa nilai sedang justru memberikan manfaat terbesar," ujar Beall.

Tidak hanya itu, wanita dengan tingkat keberhasilan reproduksi tertinggi juga memiliki aliran darah yang lebih cepat ke paru-paru dan ukuran ventrikel kiri jantung yang lebih besar dari rata-rata. Ventrikel kiri jantung bertugas memompa darah beroksigen ke seluruh tubuh. Kombinasi dari karakteristik-karakteristik ini membantu tubuh manusia untuk memaksimalkan penggunaan oksigen yang minim di udara yang dihirup pada ketinggian tinggi.

Seleksi Alam yang Masih Berlangsung

Apa yang terjadi pada penduduk Tibet ini adalah contoh seleksi alam yang sedang berlangsung. Wanita yang mampu melahirkan lebih banyak anak cenderung menurunkan sifat-sifat fisik yang membantu mereka bertahan hidup di lingkungan yang keras. Anak-anak yang mewarisi sifat-sifat ini pun memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup hingga dewasa dan meneruskan keturunan.

Namun, selain faktor biologis, faktor budaya juga turut berperan. Wanita yang menikah muda dan memiliki pernikahan yang panjang memiliki lebih banyak kesempatan untuk hamil, yang berkontribusi pada tingginya jumlah kelahiran hidup. Meskipun begitu, Beall mencatat bahwa faktor fisiologis tetap memiliki pengaruh besar. Wanita yang fisiologinya mirip dengan wanita di lingkungan dataran rendah yang tidak stres memiliki tingkat keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi.

"Ini adalah contoh nyata seleksi alam yang terus berlangsung," kata Beall. “Memahami bagaimana populasi seperti ini beradaptasi memberikan kita wawasan yang lebih baik tentang proses evolusi manusia."

Penemuan ini menjadi bukti bahwa meskipun manusia telah beradaptasi dengan baik pada lingkungan di seluruh dunia, evolusi tidak berhenti. Kisah ini bukan hanya tentang penduduk Tibet, tetapi juga tentang potensi manusia untuk terus berubah dan berkembang seiring berjalannya waktu. Kita adalah spesies yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan ini terus berlangsung dalam skala yang kadang tidak kita sadari.

Artikel ini ditulis oleh

Rizky Wahyu Permana

Editor Rizky Wahyu Permana

R

Reporter

  • Rizky Wahyu Permana
Ilmuwan Temukan Bagaimana Nenek Moyang Manusia Bertahan dari Iklim Dingin Saat Keluar dari Benua Afrika

Ilmuwan Temukan Bagaimana Nenek Moyang Manusia Bertahan dari Iklim Dingin Saat Keluar dari Benua Afrika

Ilmuwan Temukan Bagaimana Nenek Moyang Manusia Bertahan dari Iklim Dingin Saat Keluar dari Benua Afrika

Ilmuwan Temukan Bukti Populasi Manusia di Afrika Selamat dari Letusan Gunung Toba Sumatra 74.000 Tahun Lalu
Ilmuwan Takjub, Salah Satu Suku Terakhir di Bumi Punya Otak yang Umurnya Lebih Panjang dari Manusia Modern

Ilmuwan Takjub, Salah Satu Suku Terakhir di Bumi Punya Otak yang Umurnya Lebih Panjang dari Manusia Modern

Dalam sebuah penelitian, ilmuwan menemukan suku pedalaman di Amazon memiliki otak yang umurnya lebih panjang dari pada manusia modern pada umumnya.

Homo Sapiens Adalah Spesies Manusia Purba, Simak Ciri-cirinya

Homo Sapiens Adalah Spesies Manusia Purba, Simak Ciri-cirinya

Proses evolusi Homo Sapiens dimulai sekitar lebih dari 200.000 tahun yang lalu.

Ternyata Orang Berpostur Badan Tinggi Punya Keuntungan Ekonomi

Ternyata Orang Berpostur Badan Tinggi Punya Keuntungan Ekonomi

Estimasi ini mengasumsikan faktor-faktor lain yang terkait dengan potensi penghasilan.

17 Hewan Tangguh yang Dapat Beradaptasi di Lingkungannya dengan Mudah

17 Hewan Tangguh yang Dapat Beradaptasi di Lingkungannya dengan Mudah

Makhluk hidup perlu beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah. Berikut hewan yang mampu beradaptasi dengan mudah, yuk simak!

Mengapa Wanita Cenderung Lebih Panjang Umur Dibanding Pria?

Mengapa Wanita Cenderung Lebih Panjang Umur Dibanding Pria?

Wanita cenderung memiliki usia lebih panjang dibanding pria karena sejumlah faktor.

4.200 Tahun Lalu Manusia Kuno Sudah Mampu Atasi Perubahan Iklim, Arkeolog Ungkap Caranya

4.200 Tahun Lalu Manusia Kuno Sudah Mampu Atasi Perubahan Iklim, Arkeolog Ungkap Caranya

Perubahan iklim tidak hanya menjadi isu di zaman modern, tapi pernah juga muncul ribuan tahun lalu.

Ternyata Hidup di Lingkungan Hijau Bikin Awet Muda, Ini Kata Peneliti

Ternyata Hidup di Lingkungan Hijau Bikin Awet Muda, Ini Kata Peneliti

Peneliti ungkap rahasia hidup awet muda adalah hidup di lingkungan hijau. Simak penjelasan berikut ini.

Penelitian Ungkap Kesamaan Orang-Orang Berusia 100 Tahun, Rahasia Panjang Umurnya Bisa Ditiru

Penelitian Ungkap Kesamaan Orang-Orang Berusia 100 Tahun, Rahasia Panjang Umurnya Bisa Ditiru

Sebuah penelitian selama 5 tahun menunjukkan bahwa orang yang bahagia memiliki risiko kematian dini 3,7% lebih rendah.

Peneliti Sebut Bahwa Keberadaan Dinosaurus Buat Usia Manusia Akhirnya Memendek

Peneliti Sebut Bahwa Keberadaan Dinosaurus Buat Usia Manusia Akhirnya Memendek

Usia manusia dan mamalia ternyata diperkirakan lebih panjang di masa lalu dan jadi memendek karena dominasi dinosaurus.

Ini Alasan Manusia Tak Punya Umur Panjang seperti Dinosaurus

Ini Alasan Manusia Tak Punya Umur Panjang seperti Dinosaurus

Ternyata ini alasan mengapa umur manusia mungkin tak bisa sepanjang beberapa dinosaurus.

Read Entire Article
International | Politik|