Badan otoritas sudah sangat diwajibkan memperkuat sistem digital, dengan memanfaatkan next generation tools semacam AI.
Rabu, 13 Nov 2024 08:55:00
Director of Payment Ecosystem Risk and Control Visa, Lim Kah Wee, memperingatkan atas bahaya serangan siber terhadap sektor bisnis di masa depan. Khususnya bagi para pelaku bisnis sekelas UMKM yang kini banyak bertebaran di Indonesia.
Lim menyatakan, kasus cyber crime saat ini sangat progresif, hingga menciptakan kerugian bisnis triliunan rupiah. Pelaku kejahatan siber saat ini sudah sangat terorganisir sebagai sebuah entitas bisnis.
"Pelaku kejahatan (siber) hari ini seperti bisnis. Mereka punya satu tujuan, yaitu menghasilkan uang. Mereka memiliki CEO, COO, CEO, apapun itu untuk menciptakan uang secepat mungkin," ungkapnya dalam Indonesia Knowledge Forum (IKF) XIII-2024 yang digelar Bank BCA di The Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (12/11).
Menurut estimasinya, kerugian akibat kejahatan siber secara global bakal menembus USD 10,5 triliun, atau setara 164,75 kuadriliun di 2025. Angka itu melonjak dari total kerugian di 2022 sebesar USD 7 triliun, dan USD 2 triliun di 2019.
Jumlah itu akan memakan porsi tak sedikit dari total produk domestik bruto (PDB) global, yang pada 2025 diperkirakan berada di kisaran USD 115 triliun.
Antisipasi Kejahatan Siber di Dunia Perbankan
Dengan perangkat AI, Lim menyebut pelaku kejahatan siber bisa dengan mudah membobol data keuangan individu maupun perusahaan. Ini jadi semacam peringatan bagi suatu negara agar lebih memperhatikan sistem keamanan digital.
"Jadi mereka memanfaatkan apapun yang bisa mereka lakukan untuk mendapatkan uang. Semisal lewat real time payments, monetisasi dengan cepat," imbuhnya.
Singkatnya, ia meminta badan otoritas suatu negara untuk memperkuat sistem digital, dengan memanfaatkan next generation tools semacam AI. Sehingga, Lim berharap tak akan ada banyak rekening yang telah terkoneksi dengan sistem digital, simpanannya bakal terkuras habis di masa depan.
"Mereka terus menerus membuktikan Anda dan saya, dan semua sistem pembayaran mudah dibobol. Dengan begitu, pertanyaannya adalah kapan kita menunggu mereka menghasilkan uang sebanyak mungkin dari Anda. Dengan itu, saya berharap yang terbaik untuk Anda semua, semoga sukses," tuturnya.
Artikel ini ditulis oleh
Editor Yunita Amalia
M
Reporter
- Maulandy Rizky Bayu Kencana
UU PDP Segera Diberlakukan, UMKM Perlu Waspadai Serangan Siber
UMKM perlu waspada serangan hacker, seiring UU PDP bakal diberlakukan.
Kerugian Akibat Kejahatan Cyber Tembus Rp123.000 Triliun
Nilainya sekitar USD8 triliun atau setara Rp123.846 triliun (kurs dolar AS: Rp15.480).
OJK 1 tahun yang lalu
Kolaborasi Antar Sektor Jadi Kunci Pengembangan Ekosistem Digital
Upaya-upaya menumbuhkan pengembangan ekonomi digital perlu kerja bersama.
Data Organisasi di Asia Pasifik Banyak yang Bocor, AI Jadi Ancaman Berbahaya
Pelanggaran data dan ransomware merajalela, AI jadi senjata baru. Bagaimana Indonesia?
BSSN: Potensi Serangan Siber 2023 Makin Marak, Sektor Keuangan Harus Hati-Hati
BSSN mencatat, dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware menyerang sektor keuangan.
Hampir 5 Juta Ancaman Siber Terdeteksi di Indonesia pada Q2 2024
Sebanyak 4.785.898 deteksi ancaman daring berhasil diblokir selama periode April hingga Juni tahun ini.
Perang Siber Itu Sudah Terjadi
Tak ada yang kebal terhadap kebocoran, karena mengetahui kekuatan informasi sebuah negara adalah sesuatu yang penting di era sekarang.
Berkaca dari Kasus PDNS Kominfo, OJK Minta Perbankan Perkuat Sistem Keamanan Siber
Kondisi tersebut menunjukan rentannya keamanan data institusi publik yang dikelola negara.
PDNS 4 bulan yang lalu
Menkominfo Proyeksikan Nilai Ekonomi dari Kontribusi AI di Indonesia, Segini Angkanya
Artificial Intelligence (AI) punya kontribusi yang menggiurkan bagi ekonomi Indonesia.
Khawatir dengan Deep Fake, Menkominfo Susun Pedoman Etika Pemanfaatan AI
Demi selaras dengan UU ITE, Menkominfo mengaku sedang menyusun panduan etika AI.